Minggu, 05 Februari 2012

Episode 1a: DEPARTURE


Roda sdh berputar.
Tuas2 pinggir jalan sdh ditutup, mempersilakan kami lewat.
Kami mulai akrab dengan penumpang sekitar.
Mohon doanya, Teman.
               
Berurutan tombol di telepon genggam selustrumnya kena pencet.

Send to group, KKN.
               
***

10 menit sebelumnya.

            “Mas, ini nomer 15 C dan D kan?”
               
“Iya,” jawab Aryo agak terkaget karena disapa dari belakang oleh sepasang mbak dan mas.
                               
“Ini tempat duduk saya Mas, bisa tolong dicek dulu tiketnya?”
               
             “Sebentar, sebentar. Saya cek dulu. Oh iya. He he. Maaf ya Mbak,” kata Ical dan Aryo bergantian dengan wajah polos, sembari mengemasi kembali ransel-ransel yang tadinya sudah tertata rapi di atas tempat duduk mereka.

Mereka berdua sebenarnya tidak salah nomer tempat duduk, tapi lebih parah: salah gerbong! Untung tidak salah kereta, apalagi salah stasiun! Bayangkan, tiket yang dibeli adalah untuk gerbong 2, mereka malah sampai di gerbong 4. Loncat 1 gerbong kan?! Hil yang mustahal, dan hanya bisa dilakukan olah Spiderman. Mereka segera bergegas cabut, diiringi candaan terkahir dari Ical, “Ini mau mengadu nasib Mbak, mau rekaman di Jakarta.” Tentu diucapkan sambil senyam-senyum malu. Dalam perjalanan berganti gerbong, sepucuk doa terselip segera, Semoga gantinya labih baik, amin.

                Setibanya di gerbong 2, Ical (nomer duduk 16 C) mendarat di tempat duduk 6 orang saling hadap, yang saat itu sudah berisi tiga generasi dalam satu keluarga, yakni seorang simbah putri, seorang anak laki-lakinya simbah putri, dan seorang anak dari anak laki-lakinya simbah putri. Bingung? Jongkok.
               
Awalnya ia berbincang hangat dengan ketiganya. Saling tukar sapa, bertanya tujuan, asal tempat tinggal dan yang lainnya. Dari perbincangan itu, ia tahu keluarga tersebut bersasal dari Bantul dan ingin berkunjung ke sanak kerabatnya di Tangerang. Ical yang duduk tepat di depan anak laki-lakinya simbah putri awalnya sumringah saja ngobrol kesana-kesini, tertawa lepas berempat. Namun, semuanya berubah ketika negara api menyerang (lho?). Ketika suasana hangat mulai terbangun kokoh, senang hatinya mendadak surut. Nyalinya menciut. Khawatirnya terlecut. Hey, kau tahu apa yang dilihatnya?
               
TATTO! Ya. Anaknya simbah bertatto! Dua lagi! Satu  bergambar kupu-kupu di lengan kanan, sisanya berbentuk tribal api mbulat-mbulat di kaki kanannya. Meski tak tahu apa maksud sebenarnya  mengapa kupu-kupu dilengan dan api di kaki (mungkin anaknya simbah putri itu punya tendangan api dan bisa terbang karena lengannya berubah jadi sayap kupu-kupu), Ical pun sadar, ia harus lebih mengontrol kata dan candanya. Alih-alih sok akrab, bisa kena gencet dan tendangan api gara-gara salah ucap.

Di ruas kursi lain, ternyata tempat duduk Aryo juga sudah terisi seorang pemuda, seorang kisanak. Kesan pertaman kayak orang ngedrug, sakau, ngudut, ngepul-ngepul asapnya. Aryo pun curiga, jangan-jangan pemuda itu merebut kursinya, tapi ternyata tidak, di sebelahnya. Yang terpilih menjadi teman seperjalanannya.
               
Tiba-tiba, pemuda itu menyapa duluan. Menanyakan tujuan dan asal pada Aryo. Begitu tahu bahwa Aryo berasal dari jogja asli, pemuda itu pun mencoba melancarkan praktek conversations boso jowo yang telah ia pelajari secara otodidak selama 5 bulan Ia menduduki Ngayogyakarta Hadiningrat. Iya, 5 bulan, rupa rupanya Pria yang biasa disapa Eliod oleh teman temannya dan juga punya panggilan sayang Hendi dari Papi Maminya ini  merupakan mahasiswa semester 1 di sebuah Universitas yang cukup terkenal di Yogyakarta. Ia mengambil jurusan Sosiologi.

Teman seperbangkuan Aryo ini, dengan bahasa jawa ngoko dengan aksen Cirebon yang kental sedikit demi sedikit mencurahkan apa yang ada di benaknya. Ia sempat bercerita mengapa ia memilih kuliah di jogja, untuk pendewasaan katanya. Ada sebuah bagian dari dirinya yang Ia ceritakan pada Aryo, yang membuat Aryo sedikit menyesal. Rupanya dibalik penampilannya yang sempat ditangkap secara negatif oleh aryo, rupanya Eliod merupakan pria yang cukup bertanggung jawab. Selama 5 bulan berkuliah di jogja, ia melakoni kehidupan perkuliahannya sambil  bekerja di sebuah kafe, demi mengurangi beban orang tuanya untuk masalah pembiayaan dan kebutuhan sehari harinya.  Luar biasa! Kita? Dan satu lagi, cita citanya? Guru.


***

45 menit sebelumnya

                Arda sudah menunggu di tepian rel, di stasiun Lempuyang mania. Ia pilih jadwal kepulangannya ke Solo tepat sama dengan jadwal kepergian Aryo dan Ical. Agar bisa saling berpamitan, mungkin itulah sebabnya. Sementara Ical sudah datang dahulu, muncul Eria dan Rina dari balik kerumunan orang. Mereka ingin mengantar kepergian tiga jejaka tadi. Mereka berdua terus saja tersenyum, tertawa, dan membekali doa-doa yang agak aneh seperti: Hati-hati di sana ya, biar tidak diterkam harimau!.

                Kereta sudah siap, maka berangkatlah Aryo dan Ical membawa misi yang insya Allah berniat baik. Membuka lahan pengabdian baru di tanah yang belum pernah mereka injak sebelumnya, di tanah timah.

***

Kembali ke 10 menit sebelumnya. Alurnya bikin pusing.

                Setelah terkirim, berturut-turut sms tadi berbalas. Macam-macam kata-katanya, tata kalimatnya, tapi yang jelas ditangkap Ical adalah iringan doa dan harapan. Terimakasih teman. :)

Berkait, InsyaAllah.



Akbar Suryo Sadarpo feat Rizal A. Prakosa
Dibolak-balik boleh
                                                                                                                                Di tanah timah, Bangka

cerita ini juga bisa dibaca di: 


Kamis, 02 Februari 2012

Semua Akan Baik Baik Saja


A: "Assalamualaikum, selamat pagi pak."
B: " wa'alaikumussalam. Iya"
A: "Saya A**** pak, yang beberapa waktu sempat telpon dan bilang akan *** disana."
B: "Oh, iya mas. ada yang bisa dibantu?"
A: "Cuma mau ngabari saja pak, rencananya minggu depan saya dan teman saya akan berangkat survey, salah satu tujuannya ingin bertemu bapak."
B: "Owh iya iya"
A: "Kira kira kami bisa menemui bapak hari apa ya?"
B: "Yang penting jangan Sabtu Minggu ya, saya ada tamu. Siapa itu yang lagi ngetop?"
A: "Siapa pak?"
B: "Itu lho, siapa? Ayu T*ng T*ng."
A: "Hha. Owh iya pak."
B: “Iya, saya sabtu minggu kemarin sudah dikontak suru menemani Ayu T*ng T*ng.”
A: “Ya ya ya, berarti Hari Senin saya ketempat bapak ya?”
B: “Iya, kalau tidak hari Senin ya hari Jumat, atau hari Kamis saya bisa ditemui.”
A: “Oke pak, brarti nanti sambil nunggu hari senin saya keliling keliling survey lihat keadaan ndak papa ya pak?”
B: “ Iya, Tapi hati hati, sudah 3 orang diterkam harimau.”
A: “Ha?! Beneran itu pak?”
B: “Iya beneran.”
A: “Iya Pak, Ya sudah, terimakasih Pak. Assalamualaikum.”
B: “ Wa’alaikumsalam.”

Ba Dum Tss!



Pembicaraan diatas merupakan pembicaraan asli, dengan sensor di beberapa  bagian yang tidak perlu dicantumkan bagi kemaslahatan umat,
dengan gaya penulisan seingatnya saja, walaupun begitu, bagian bagian inti dari dialog tersebut sudah dicantumkan.



"Cowabunga bagi Turtles, Eureka bagi Archimedes, dibantu yak bagi Pak Tarno.
 dan Subhanallah bagi Engkau"

-Akbar Suryo Sadarpo-