Selasa, 18 Juni 2013

Merbabu: Amin dan Jampang


Peringatan: Kisah ini dapat mengganggu imajinasi anda, mohon maaf sebelumnya


Saya sempat menengok keluar dome sebentar. Di seberang, kira kira 3 meter dari dome regu saya, Amin dan Jampang terlihat sedang bersiap untuk memasak. Amin menyiapkan kompor, Jampang mengupas buah nanas. Bagi saya yang pemula, melihat nanas dibawa dalam pendakian itu cukup mengagumkan, mengingat bentuknya yang cukup rumit. Entah bagaimana bagi jampang yang sudah sangat berpengalaman dalam urusan daki-mendaki, mungkin biasa saja. Nampaknya, mereka berencana membuat nanas goreng. Sepertinya nikmat, saya pun berharap semoga apapun jadinya nanti nanas itu mampir ke tempat kami.

Selesai mengamati, saya masuk kembali ke dalam dome lalu mengobrol dengan kawan-kawan satu dome. Ditengah-tengah obrolan kami, terdengar percakapan Amin dan Jampang yang kelihatannya sudah mulai menggoreng nanasnya.

Amin dengan logat khas daerah asalnya: “Lha kok garuk garuk terus?”

Jampang Menimpali dengan gaya cueknya,”Lha gatel e, gelem nggarukke po?”

Dalam hati saya bilang, "menarik sekali percakapan mereka.”

Mendadak setelah itu pikiran saya berkecamuk membayangkan segala hal yang mungkin terjadi pada si nanas, diikuti dengan penyesalan pada harapan saya diawal tadi.

Merbabu: Alkisah Nasi Matang

Wawan ikut masuk ke dalam tenda untuk menghangatkan badan setelah berkeliling ke tenda yang lain, lalu berkata kepada kami, "itu si Agus masak nasi airnya banyak kali, lembek udah mirip bubur aja." Mendengar itu, kami yang di dalam tenda pun tertawa.

Wawan melanjutkan ceritanya, "kau tau dia bilang apa? kata si Agus: ini belum matang aja wak, coba kalau sudah matang, enak kali ini pasti."