Foto diambil 14 Juli 2013, Perempatan Tugu Yogyakarta
Senin, 05 Agustus 2013
Minggu, 04 Agustus 2013
Bagaima Kita Bertemu?
Bagaimana kita bertemu?
Kisah tentang bagaimana dua manusia bertemu, lalu menjadi saling terikat, selalu menarik untuk diikuti.
Tuhan sengaja menciptakan ketidaksengajaan, lalu menyelipkan ciptaan-Nya tersebut pada rencana-rencana yang telah sengaja kita ciptakan.
Pada suatu waktu kita menyebutnya keberuntungan. Di waktu yang lain kita menyebutnya sedang sial. Dan di waktu ingat, kita menyebutnya "kehendak Tuhan".
Lalu bagaimana kita bertemu?
Dan bagaimana pula kita akan berpisah?
Kisah semacam ini selalu menarik untuk diikuti,
juga dijalani.
Kisah tentang bagaimana dua manusia bertemu, lalu menjadi saling terikat, selalu menarik untuk diikuti.
Tuhan sengaja menciptakan ketidaksengajaan, lalu menyelipkan ciptaan-Nya tersebut pada rencana-rencana yang telah sengaja kita ciptakan.
Pada suatu waktu kita menyebutnya keberuntungan. Di waktu yang lain kita menyebutnya sedang sial. Dan di waktu ingat, kita menyebutnya "kehendak Tuhan".
Lalu bagaimana kita bertemu?
Dan bagaimana pula kita akan berpisah?
Kisah semacam ini selalu menarik untuk diikuti,
juga dijalani.
Sabtu, 03 Agustus 2013
Merayakan
Pada musim mudik begini, bagi saya tidak ada macet. Sebut saja "Jalanan sedang Padat Merakyat". Semua sedang bahagiakan? Menikmati rasa rindu.
Minggu, 07 Juli 2013
Letupan #7 : Namamu Pagi
Pagi ini begitu sejuk dan menentramkan, seperti dirimu ya.
Saya heran, dulu waktu berkenalan kau tidak pernah bilang ada "Pagi" dalam namamu.
Atau begini saja, biar kupanggil Pagi ini dengan namamu.
Selamat pagi, Pagi
Saya heran, dulu waktu berkenalan kau tidak pernah bilang ada "Pagi" dalam namamu.
Atau begini saja, biar kupanggil Pagi ini dengan namamu.
Selamat pagi, Pagi
Selasa, 18 Juni 2013
Merbabu: Amin dan Jampang
Peringatan: Kisah ini dapat mengganggu imajinasi anda, mohon
maaf sebelumnya
Saya sempat menengok keluar dome sebentar. Di seberang, kira
kira 3 meter dari dome regu saya, Amin dan Jampang terlihat sedang bersiap
untuk memasak. Amin menyiapkan kompor, Jampang mengupas buah nanas. Bagi saya
yang pemula, melihat nanas dibawa dalam pendakian itu cukup mengagumkan, mengingat
bentuknya yang cukup rumit. Entah bagaimana bagi jampang yang sudah sangat
berpengalaman dalam urusan daki-mendaki, mungkin biasa saja. Nampaknya, mereka
berencana membuat nanas goreng. Sepertinya nikmat, saya pun berharap semoga
apapun jadinya nanti nanas itu mampir ke tempat kami.
Selesai mengamati, saya masuk kembali ke dalam dome lalu
mengobrol dengan kawan-kawan satu dome. Ditengah-tengah obrolan kami, terdengar
percakapan Amin dan Jampang yang kelihatannya sudah mulai menggoreng nanasnya.
Amin dengan logat khas daerah asalnya: “Lha kok garuk garuk
terus?”
Jampang Menimpali dengan gaya cueknya,”Lha gatel e, gelem
nggarukke po?”
Dalam hati saya bilang, "menarik sekali percakapan
mereka.”
Mendadak setelah itu pikiran saya berkecamuk membayangkan segala hal yang mungkin terjadi pada si nanas, diikuti dengan penyesalan pada harapan saya diawal tadi.
Mendadak setelah itu pikiran saya berkecamuk membayangkan segala hal yang mungkin terjadi pada si nanas, diikuti dengan penyesalan pada harapan saya diawal tadi.
Merbabu: Alkisah Nasi Matang
Wawan ikut masuk ke dalam tenda untuk menghangatkan badan setelah berkeliling ke tenda yang lain, lalu berkata kepada kami, "itu si Agus masak nasi airnya banyak kali, lembek udah mirip bubur aja." Mendengar itu, kami yang di dalam tenda pun tertawa.
Wawan melanjutkan ceritanya, "kau tau dia bilang apa? kata si Agus: ini belum matang aja wak, coba kalau sudah matang, enak kali ini pasti."
Wawan melanjutkan ceritanya, "kau tau dia bilang apa? kata si Agus: ini belum matang aja wak, coba kalau sudah matang, enak kali ini pasti."
Langganan:
Postingan (Atom)