
Malam ini adalah malam ke 15 menurut penanggalan bulan, lunar calendar, penanggalan jawa, dan juga penanggalan hijriyah, artinya, malam ini aku tidak akan sendiri. Setidaknya walau bulan tak bisa ngomong dan tak bisa bohong dia tetap membalas senyumku setiap kali aku memandangnya.
Dari tempatku duduk saat ini, aku selalu bisa melihat langsung ke arah bulan, karena disamping meja belajarku terdapat jendela yang cukup besar untuk melihatnya hingga kira kira sepertiga malam sampai ia harus pergi dari jendelaku karena harus memenuhi kewajibannya berevolusi.
Tugas tugas kuliah sudah menumpuk di kamarku untuk diselesaikan, “maklum mahasiswa”, kata orang orang. Terlepas dari apa kata orang-orang, selalu ada keyakinan bagiku untuk bisa menyelesaikannya. Toh, sudah berkali-kali aku berhasil lolos dari acara-acara orientasi baik itu MOS, OSPEK, diklat, diksar, dsb., yang memberikan tugas segudang dalam waktu selubang kuncinya saja. Kakak kakak panitia mengatakan bahwa ini semua adalah simulasi kehidupan kita di dunia baru yang akan kita jalani nanti.
Beragam literatur bertumpuk di meja belajarku, dengan gagahnya membentuk bangunan bangunan yang sama sekali tidak artistik dan proporsional. Namun, mereka cukup berhasil menambah percaya diriku untuk menyelesaikan tugas yang sudah ku bentangkan di depanku sejak tadi.
Separuh pekerjaan sudah ku selesaikan, ku tengok telpon genggamku untuk melihat waktu, sembari berharap ada sms masuk. Waktu menunjukkan 22.14 berarti sudah sekitar dua jam sejak aku memutuskan untuk menghadapi tugas-tugas ini dengan gagah berani. Pertarungan yang cukup sengit, ada sensasi yang cukup unik ketika aku mulai kelelahan berpikir, yaitu perutku ini pasti akan terasa seperti kosong, mungkin metabolisme terjadi lebih cepat seiring dengan semakin panasnya otak ini untuk berpikir.
Ku putuskan untuk pergi ke dapur, mencari sesuatu yang kira kira bisa kumasukkan ke dalam mulutku untuk memberikan rasa hangat dari dalam tubuh.
Aku kembali ke kamar untuk menikmati secangkir susu coklat hangat. Kutengok telpon genggamku lagi, ada satu sms masuk! SMS dari seorang kakak kelas di SMA dulu. SMS itu berbunyi, ”Ukhuwah itu bkn trletak pd bnyknya prtemuan. Bukan pd manisnya ucapan di bibir. Tp pd ingatan seseorang trhdp saudaranya dlm stiap doanya.” Aku pun tersenyum membacanya. Terima kasih sudah mengingatku. Seandainya kau saat ini ada disini pasti sudah kuajak menikmati bulan purnama, tugas tugasku dan juga secangkir susu coklat hangat.
2 komentar:
:')
owww,,
akbar,, akbar,, akbar,, akbar..
caramu menuliskannya itu semakin membuatnya dramatis..
nice post :)
Posting Komentar