Senin, 02 November 2009

Secangkir Susu Coklat Hangat dan Bulan Purnama


Malam ini adalah malam ke 15 menurut penanggalan bulan, lunar calendar, penanggalan jawa, dan juga penanggalan hijriyah, artinya, malam ini aku tidak akan sendiri. Setidaknya walau bulan tak bisa ngomong dan tak bisa bohong dia tetap membalas senyumku setiap kali aku memandangnya.

Dari tempatku duduk saat ini, aku selalu bisa melihat langsung ke arah bulan, karena disamping meja belajarku terdapat jendela yang cukup besar untuk melihatnya hingga kira kira sepertiga malam sampai ia harus pergi dari jendelaku karena harus memenuhi kewajibannya berevolusi.

Tugas tugas kuliah sudah menumpuk di kamarku untuk diselesaikan, “maklum mahasiswa”, kata orang orang. Terlepas dari apa kata orang-orang, selalu ada keyakinan bagiku untuk bisa menyelesaikannya. Toh, sudah berkali-kali aku berhasil lolos dari acara-acara orientasi baik itu MOS, OSPEK, diklat, diksar, dsb., yang memberikan tugas segudang dalam waktu selubang kuncinya saja. Kakak kakak panitia mengatakan bahwa ini semua adalah simulasi kehidupan kita di dunia baru yang akan kita jalani nanti. Ada sebuah pepatah, “ saat kita berhasil mencapai sesuatu, itu bukan akhir dari segalanya, tapi awal dari sebuah dunia baru yang lebih luas.” Setuju sekali dengan pepatah itu, jika ada pilihan “like this” atau “add to favourite” pasti sudah ku pilih sejak aku membacanya. Memang itu yang kurasakan ketika lulus SMA kemarin. Mendapatkan tempat kuliah yang baik merupakan tujuan di SMA tapi ketika aku sudah mencapainya, tidak lantas semuanya berakhir, malahan segalanya seperti baru di mulai, teman teman baru dari berbagai daerah di Indonesia, Ilmu baru yang semakin tinggi dan tajam, tanggung jawab yang semakin besar seiring dengan berubahnya status dari siswa menjadi mahasiswa, mahasiswa konon merupakan salah satu pilar penjaga demokrasi di negeri ini. Itu semua dimulai ketika kita sudah lulus dari ujian di SMA.

Beragam literatur bertumpuk di meja belajarku, dengan gagahnya membentuk bangunan bangunan yang sama sekali tidak artistik dan proporsional. Namun, mereka cukup berhasil menambah percaya diriku untuk menyelesaikan tugas yang sudah ku bentangkan di depanku sejak tadi.

Separuh pekerjaan sudah ku selesaikan, ku tengok telpon genggamku untuk melihat waktu, sembari berharap ada sms masuk. Waktu menunjukkan 22.14 berarti sudah sekitar dua jam sejak aku memutuskan untuk menghadapi tugas-tugas ini dengan gagah berani. Pertarungan yang cukup sengit, ada sensasi yang cukup unik ketika aku mulai kelelahan berpikir, yaitu perutku ini pasti akan terasa seperti kosong, mungkin metabolisme terjadi lebih cepat seiring dengan semakin panasnya otak ini untuk berpikir.

Ku putuskan untuk pergi ke dapur, mencari sesuatu yang kira kira bisa kumasukkan ke dalam mulutku untuk memberikan rasa hangat dari dalam tubuh. Ada susu coklat 3 in 1. Instan! Tinggal ditambah air panas dari dispenser, diaduk, lalu lansung bisa dinikmati. Benar benar nikmat! Apalagi dinikmati di malam yang dingin seperti ini. Orang bilang segala yang instan itu tidak baik. Tapi menurutku minumanku malam ini tidak seburuk itu. Bubuk bubuk susu dalam kemasan sachet itu telah mengalami perjalanan yang cukup panjang dan rumit di pabriknya, hingga bisa kita cicipi kenikmatannya dengan mudah. Selain itu, kemudahan itu tidak gratis, ada harga yang harus kita bayar untuk membeli produk susu 3 in 1 itu, yang sudah dihitung oleh produsen disesuaikan antara harga bahan baku, gaji pekerja, biaya pembelian alat pabrik, dll. Jadi, kurasa cukup adil bagiku untuk menganggap susu coklat 3 in 1, tidak cukup instan untuk dikatakan sebagai suatu barang instan yang tidak baik.

Aku kembali ke kamar untuk menikmati secangkir susu coklat hangat. Kutengok telpon genggamku lagi, ada satu sms masuk! SMS dari seorang kakak kelas di SMA dulu. SMS itu berbunyi, ”Ukhuwah itu bkn trletak pd bnyknya prtemuan. Bukan pd manisnya ucapan di bibir. Tp pd ingatan seseorang trhdp saudaranya dlm stiap doanya.” Aku pun tersenyum membacanya. Terima kasih sudah mengingatku. Seandainya kau saat ini ada disini pasti sudah kuajak menikmati bulan purnama, tugas tugasku dan juga secangkir susu coklat hangat.

2 komentar:

yoga hanggara mengatakan...

:')

felis mengatakan...

owww,,
akbar,, akbar,, akbar,, akbar..
caramu menuliskannya itu semakin membuatnya dramatis..
nice post :)